Sabtu, 20 Desember 2008

SKOT JANTUNG PERTAMA

Hari Kamis, 18 Desember, diawali dengan bangun agak siang, pukul 9 (itu juga gara" di-sms sama Malta), lalu mandi dan menyiapkan semuanya. Dengan semangat '45 dan percaya diri, kukenakan seragam batik 54 yang imut dan lucu itu ke sekolah. Sampai di sana, dua orang temanku, Malta dan Octi ternyata sudah menungguku sejak pagi. Dengan merasa tidak bersalah, aku datang menghampiri mereka dengan tersenyum-senyum.
Dari kejauhan sekitar 3 meter, Malta berteriak padaku, bertanya tentang 'baju' yang ingin aku berikan pada Mr.RR pada hari itu. Aku menjawab, aku belum siap. Sebenarnya itu hanya candaan, aku hanya ingin mengerjai mereka supaya mereka tambah kesal. Ternyata mereka benar kesal, aku disebut pengecut lah, penakut lah, cemen lah, payah lah... Tidak tahu saja mereka, padahal aku sudah menyiapkan semuanya dengan perfect lho! Ku ajak lah mereka berdua ke kantin 'basecamp' kita, untuk membahas masalah ini. Saat aku tunjukkan 'baju' itu sudah terbungkus rapi oleh kertas kado bertajuk batik, mereka kaget. Ditambah lagi saat aku tunjukkan paper bag hitam dengan hiasan volcadot putih-cokelat dan berpita merah, wajah mereka berubah menjadi sok imut.
Ini semua aku siapkan hanya untuk dia seorang, sampai-sampai aku baru tidur pukul 4 pagi pada hari itu hanya untuk menyiapkan semuanya. Rasanya tak sabar diriku ingin memberikan bingkisan itu padanya, namun perasaan takut juga pasti ada membaluti diriku.
Dengan bantuan dan dukungan dari semua teman-temanku, pada akhirnya aku bisa bertemu dengan Mr.RR. Dengan mengucap 'BISMILLAH' dan ditemani oleh Malta, akhirnya aku memberanikan diri untuk bicara. Namun, agar aku tidak gugup, aku terpaksa harus berbohong padanya. Aku bilang padanya, ada seseorang yang ingin memberikan sesuatu padanya, namun tak berani dan akhirnya orang itu meniipkan padaku. Kalau tidak begitu, aku pasti tak akan berani bicara.
Akhirnya aku memberikan bingkisan itu kepadanya dengan tangan gemetar, jantung berdebar, dan tubuh bagai terkoyar. (LEBAY). Setelah itu, aku putuskan untuk segera pulang bersama Malta, tidak mungkin aku melanjutkan untuk bersama dia dalam keadaan yang amat sangat tidak stabil. Bisa-bisa aku 'pipis' di rok tuh! Di jalan, aku berusaha untuk tenang, tapi sama sekali tidak bisa. Aku selalu memikirkan kejadian itu. Tapi Malta berusaha untuk membuat aku tenang.
Aku sangat beruntung, mempunyai teman-teman yang baik, yang selalu setia menemaniku di saat aku membutuhkan mereka, seperti Malta dan Octi. Namun, dukungan dari teman-teman yang lain juga sungguh sangat berarti, kalian sudah membuat dan mendorong aku menjadi anak perempuan yang pemberani. Berani mengungkapkan perasaan, kepada seorang lelaki yang bahkan tak akan pernah mereka kira. Walaupun aku tahu, aku tak akan pernah memilikinya.
"Ini adalah kejadian yang sama sekali belum pernah terjadi, dan ini kujadikan sejarah dalam hidupku..."

"ninacintarr"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar