Senin, 15 Desember 2008

Cobalah Kau Mengerti

Sudah sekitar empat-lima bulan aku mengenalnya, namun tak ada sama sekali sikap lebih yang aku tunjukkan padanya. Enjoy, cuek, biasa saja, bahkan wajah tak peduli, sering kali aku tunjukkan padanya yang seharusnya aku bersikap sopan pada dirinya. Namun itu sulit sekali aku tampilkan pada wajahku saat aku bertemu dengannya, aku cenderung menundukkan kepalaku ketimbang aku menyapa dan tersenyum padanya saat dia sedang bersama-sama dengan teman-temannya. Aku malu, hanya menundukkan kepala saja yang bisa aku lakukan untuk bisa menghilangkan perasaan malu itu, bahkan tidak.
Kerap kali aku bicara dengannya, aku selalu gemetar, bahkan jantungku berdebar-debar tak karuan. Aku bingung, gugup, dan takut salah tingkah. Bahkan waktu itu, saat aku menerima sms darinya, tanganku langsung gemetar dan tak sengaja handphone ku terjatuh. Dan tak hanya itu, aku bisa saja tersenyum-senyum sendiri saat aku mengingatnya dan memikirkannya.
Banyak cara yang aku pikirkan untuk aku bisa lebih dekat dengan dirinya. Tapi apa yang terjadi, aku malah takut untuk melakukannya bahkan aku bisa menjadi sangat diam bila ada di dekatnya. Namun, di balik sosok wajahku yang cuek terhadapnya, tersimpan rasa yang cukup mendalam di hatiku untuk dia. Dan bagaimanapun, aku selalu berusaha yang terbaik untuknya, walaupun dia tidak tahu itu sama sekali, bahkan mungkin takkan pernah tahu.
Sosok apa yang sudah membuat aku menggila seperti ini? Pasti dia adalah lelaki yang bertubuh tinggi, tampan, keren dan yang lainnya. Mungkin itulah yang selalu terlintas di pikiran teman-temanku yang mengetahui bahwa aku seperti keadaan sekarang ini. Namun itu salah, bagiku dia tidak tinggi, tidak keren, mungkin juga tidak setampan yang mereka pikirkan. Bagiku, dia adalah lelaki biasa namun istimewa karena dia mampu memancarkan 'innerbeauty' dari dirinya dan aku bisa menangkap dan merasakannya dengan sempurna.

Namun, aku hanya ingin kau mencoba untuk mengerti, bahwa aku ini adalah pengagum rahasiamu. Akupun sulit mengerti diriku ini. Tapi memang itulah diriku. Dan itulah cinta. Cinta tak pernah memihak dan memilih, namun merekalah yang selalu memihak pada cinta dan memilih hidup dengan cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar